Sarang Semut
Myrmecodia pendens Merr. & L.M.Perry
Rubiaceae
Lokasi di taman kami
Utama
Sinonim
-
Habitus
Semak. Epifit yang panjangnya sekitar 50 cm, tumbuh menggantung atau menempel pada pohon inang dan berasosiasi dengan semut
Bagian Yang Digunakan
- Umbi
Syarat Tumbuh
- Matahari Penuh
Habitat
- Hutan
- Pesisir
- Padang Rumput
Penyebaran Tanaman
Tanaman sarang semut adalah salah satu tanaman obat asli asal Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Daerah di Papua yang banyak terdapat sarang semut adalah Bupul, Kondo, wilayah perkampungan disekitar TN. Wasur sampai di daerah Sota (daerah perbatasan) selain itu juga ditemukan di Jayawijaya, Tolikara, Paniai, dan Puncak Jaya. Tanaman ini juga tersebar luas di wilayah khatulistiwa dunia, diantaranya Indonesia (Kalimantan, Sumatra), Papua Nugini, Filipina, Kamboja, Cape York, dan Kepulauan Solomon. Keanekaragaman hayati tanaman sarang semut yang tumbuh di wilayah Papua sangat bervariasi sesuai dengan kondisi alam lingkungan tumbuhnya. Sarang semut memiliki keunikan yang terletak pada interaksi semut yang membuat lorong-lorong dalam umbi sebagai sarangnya dan membentuk koloni. Keunikan inilah yang diduga menyebabkan tanaman sarang semut memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai tanaman obat, di mana secara tradisional, tanaman ini telah digunakan oleh penduduk asli Papua secara turun temurun untuk mengobati berbagai penyakit.
Nama Lokal
Nongon (Papua), Urek - urek polo (Jawa), Kepala beruk dan Rumah semut (Sumatra).
Agroekologi
Mampu hidup pada daerah hutan sekunder dan daerah bekas perladangan dengan ketinggian 250 hingga 2.500 m dpl. Tanaman ini juga banyak dijumpai di hutan bakau serta pepohonan di sekitar pinggir pantai pada ketinggian 2.400 m dpl. Disamping wilayah tersebut, tanaman ini juga sering dijumpai di area padang rumput dan daerah pertanian terbuka, dengan ketinggian sekitar 600 m dpl dan jarang ditemukan di hutan tropis dataran rendah. Tanaman ini tumbuh menempel pada inang yang memiliki batang dengan perawakan kasar, perawakan pohon rimbun, areal yang terbuka, dan dekat dengan sungai (agak lembap). Di Wilayah Papua, Sumatra, dan Kalimantan. Tanaman ini umumnya ditemukan sebagai epifit pada beberapa pohon seperti pohon kayu putih, kaha, pohon beech, pohon cemara, pohon asam, pohon gala-gala, pohon bayuan, pohon kasturi, pulai, beringin, dan sebagainya. Pohon inang tanaman ini umumnya tersebar di seluruh daratan tropika yaitu daerah yang memiliki faktor abiotik yang tinggi dengan curah hujan tinggi, suhu udara, kelembapan udara dan intensitas cahaya, tanah serta kondisi fisiografi lingkungan tropis.
Morfologi
- Akar menempel pada pohon inang, terjuntai pada cabang-cabang tanaman.
- Batang tebal, tidak bercabang, ruasnya pendek, berwarna cokelat hingga keabu-abuan, pangkal batang menggelembung (hypocotyl) menyerupai umbi, berbentuk bulat saat muda, lalu menjadi lonjong memendek atau memanjang setelah tua. Bagian dalam batang berongga bersekat-sekat, menyerupai labirin dan biasa dijadikan tempat tinggal koloni semut. Batang yang menyerupai umbi ini terkadang menempel pada tumbuhan inang, kadang menggantung. Terbungkus klipeoli dan alveoli yang memiliki duri yang berfungsi untuk melindunginya dari pemangsa herbivora.
- Daun tunggal, bertangkai tersusun menyebar tapi lebih banyak berkumpul di ujung batang dan berwarna hijau. Helaian daun tebal, berbentuk jorong dengan pangkal tumpul dan ujung meruncing, tepi rata, permukaan daun halus, tulang daun berwarna putih.
- Bunga berwarna putih, bagian kelopak bunga umumnya terbelah di bagian ujung.
- Buah berbentuk beri, bulat, dan berwarna oranye.
- Biji umumnya berjumlah 2 dalam setiap buah.
Budidaya
- Perbanyakan tanaman sarang semut secara alami dapat dilakukan dengan menggunakan biji yang berasal dari buah. Namun, perbanyakan ini mengalami kendala, di mana biji dan buah yang jatuh akan dibawa dan dimakan oleh semut jenis Iridomyrmex cordatus, serta hadirnya burung Dicaeum cruentatum yang memakan buah sekaligus biji sarang semut ketika berbuah, sehingga hanya biji yang selamat saja yang dapat tumbuh. Kendala lainnya, biji sarang semut yang hanya dapat berkecambah dalam kondisi segar.
- Perbanyakan alternatif tanaman sarang semut, yaitu perbanyakan secara in vitro.
- Media tanam yang digunakan untuk budidaya tanaman ini yaitu media sekam bakar, cocopeat (cacahan sabut kelapa), akar pakis dan moss (lumut).
Kandungan Bahan Kimia
Flavonoid, tanin, tokoferol, alfa-tokoferol, fenolik, dan berbagai mineral (natrium, kalsium, seng, besi, fosfor, magnesium), polisakarida.
Khasiat
Menyembuhkan radang, mengatasi nyeri otot, masalah jantung koroner, kanker dan tumor (kanker otak, hidung, payudara, lever, paru-paru, usus, rahim, kulit, prostat, dan kanker darah), diabetes, gondok, mimisan, tukak lambung, wasir, TBC, rematik, gangguan asam urat, stroke, maag, gangguan fungsi ginjal, memperlancar air susu ibu (ASI), meningkatkan gairah seksual bagi pria maupun wanita, memperlancar haid dan mengatasi keputihan. Memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antioksidan, antikanker, dan antibakteri.
Simplisia
- Siapkan tumbuhan sarang semut secukupnya.
- Potong tipis lalu keringkan di bawah sinar matahari selama 2 x 24 jam.
- Haluskan menggunakan blender hingga menjadi bubuk.
- Simpan dalam wadah bersih dan kedap udara.
Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan
Ramuan Tradisional
1. Mengobati kanker
- Siapkan umbi sarang semut secukupnya.
- Iris tipis kemudian jemur.
- Rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.
- Minum secara rutin tiga kali sehari.
Sumber Referensi
- Royal Botanic Gardens. Plants of the World Online: Myrmecodia pendens Merr. & L.M.Perry. https://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:328917-2. 28-03-2022.
- Dinas Kesehatan Provinsi Papua. 2016. Tumbuhan Obat Tradisional Papua: Berdasarkan Kearifan Lokal Masyarakat. Nulis Buku Jendela Dunia.
- Kusumanegara A., Pribadi E. Y., Jannah A. M., Yuniar N., Utomo H. S., Ngara D. A. N. 2020. Menyingkap Rahasia Jenis-Jenis Tumbuhan Obat di Taman Nasional Matalawa Sumba-Nusa Tenggara Timur. Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti.
- Wabia E., Siburian R. H. S. 2019. Profil Tempat Tumbuh Sarang Semut (Myrmecodia spp.) di Distrik Manokwari Selatan Papua Barat. EnviroScienteae 15(1): 91-94.
- Crisnaningtyas F., Rachmadi A. T. 2010. Pemanfaatan Sarang Semut (Myrmecodia pendens) Asal Kalimantan Selatan Sebagai Antibakteri. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan 2(2): 31 - 35.
- Nugroho R. A. dkk. 2019. Myrmecodia: Efek Fisiologi dan Potensi Manfaat. Deepublish.