Ashitaba

Angelica keiskei (Miq.) Koidz.

Apiaceae

Lokasi di taman kami

Utama

Sinonim

Angelica keiskei f. foliosa Konta & S.Matsumoto

Angelica utilis Makino ex Y.Yabe

Archangelica keiskei Miq.

Habitus

Herba. Herba, dua tahunan atau tahunan, tingginya hingga mencapai 1,5 m

Bagian Yang Digunakan

  • Daun
  • Akar
  • Getah
  • Batang
  • Seluruh Bagian Tanaman

Syarat Tumbuh

  • Matahari Penuh
  • Butuh Keteduhan

Habitat

  • Pesisir
  • Daratan

Penyebaran Tanaman

Ashitaba merupakan tanaman yang berasal dari Jepang dan endemik di negara asalnya. Sebaran utamanya meliputi negara-negara Asia termasuk Korea dan Jepang. Tanaman ini telah lama digunakan di Jepang sebagai sayuran dan obat-obatan selama ratusan tahun dan dikenal sebagai salah satu rahasia umur panjang masyarakat Jepang, berkat berbagai kandungan zat aktifnya yang terkandung di dalamnya. Ashitaba kaya akan vitamin, mineral, serat, dan zat klorofil, sehingga seringkali digunakan sebagai makanan sehat dengan banyak manfaat kesehatan. Bagian daunnya dapat dikonsumsi baik mentah atau dimasak dan bagian akarnya dapat dikonsumsi dengan dimasak atau diasinkan. Di Jepang, ashitaba juga banyak digunakan dalam pembuatan soba, tempura, socho, mie shirataki, teh herbal, dan es krim. Selain itu, ashitaba merupakan obat herbal populer di Jepang dan China, yang semakin dikenal luas di wilayah Barat. Dipercaya memiliki berbagai manfaat kesehatan yang mampu meningkatkan kekebalan alami tubuh dan mengatasi berbagai keluhan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian, dilaporkan bahwa ekstrak tanaman ini memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antiobesitas, antioksidan, antikoagulan, antitumor, antimutagenik, antidiabetes, antibakteri, dan pelindung hati. Saat ini ashitaba telah dikomersialkan sebagai makanan kesehatan dan aditif dalam minuman kesehatan. Terkadang, tanaman ashitaba ditanam sebagai tanaman hias. Dalam dunia kecantikan, ashitaba juga digunakan untuk mengatasi jerawat.

Nama Lokal

Seledri jepang.

Agroekologi

Ashitaba merupakan tanaman yang tumbuh liar di daerah tandus, berbatu, berpasir, dan di habitat yang lembap di tepi laut. Di Indonesia, tanaman ashitaba tumbuh baik di daerah berhawa sejuk dengan ketinggian di atas 500 m dpl. Species ini, menyukai tanah subur yang dalam, lembap, dikeringkan dengan baik, dan dapat tumbuh di tempat ternaungi, namun juga mampu bertahan di area terbuka atau terkena cahaya.

Morfologi

  • Akar serabut dan dalam perkembangannya akan mengalami modifikasi menjadi akar berbentuk umbi yang menyebabkan akar tersebut tampak mempunyai sistem perakaran tunggang. Akar muda berwarna putih agak kekuningan hingga cokelat muda dan menjadi cokelat tua jika sudah dewasa. Rimpang tebal dan pendek, dengan sedikit akar memanjang.
  • Batang lunak, berair, gundul, berbentuk bulat, beruas dan beralur, berwarna hijau, tumbuh tegak lurus, jika dipotong akan mengeluarkan getah berwarna kuning.
  • Daun majemuk, anak daun mempunyai 3-7 helai daun, berwarna hijau mengkilap, bentuk daun seperti seledri, deltoid, gundul, pangkal dan ujung daun meruncing, tepi daun bergerigi, tulangnya menyirip. Beraroma seperti ginseng jika daun dihancurkan.
  • Bunga hermaprodit (organ jantan dan betina berada dalam satu bunga), kecil, petal berwarna putih yang tersusun dalam pola memancar yang terdapat dalam satu bidang tunggal. Tipe perbungaan berbentuk payung majemuk, tata letak bunga tumbuh di ujung batang
  • Buah skhizokarpium terdiri 2 merikarpium yang memisah ketika masak, berbentuk lonjong, gundul, rusuk punggung pendek dan agak tebal, rusuk lateral bersayap.
  • Biji lonjong, lancip di kedua ujung, berwarna hijau dan ketika tua akan berubah menjadi berwarna cokelat, kulit biji menyatu dengan perikarp, endosperm berminyak.

Budidaya

  • Perbanyakan dilakukan secara generatif menggunakan biji, dengan cara merendamnya terlebih dahulu sebelum penyemaian. Perendaman dilakukan di dalam air dingin selama semalam lalu ditiriskan.
  • Selama persemaian, pasir dijaga agar tetap lembap dan setelah kurang lebih 15 hari, benih akan berkecambah. Setelah berumur umur 2 bulan, bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke lapangan.
  • Pemanenan dapat dilakukan pada umur 4 - 6 bulan.

Kandungan Bahan Kimia

Furocoumarins, psoralen, bergapten, xanthotoxin, angelicin, 1-cerotol, daucosterol, stigmasterol, quercetin-3-O-β-D-glucopyranside, luteolin-7-rhamno-glucoside, luteolin-7-O-α-D-glucpyranoside, steviol-l3-O-β-glucopyranoside 19-β-glucopyranosyl ester octaacetate, senyawa kalkon (2′,4′,4-trihydroxy-3′-[2-hydroxy-7-methyl-3-methylene-6-octaenyl]chalcone, 2′,4′,4-trihydroxy-3′-geranylchalcone, 2′,4′,4-trihydroxy-3′-[6-hydroxy-3,7-dimethyl-2,7-octadienyl]chalcone, 2′,4-dihydroxy-4′-methoxy-3′-[2-hydroperoxy-3-methyl-3-butenyl]chalcone, 2′,4-dihydroxy-4′-methoxy-3′-geranylchalcone, dan 2′,4-dihydroxy-4′-methoxy-3′-[3-methyl-3-butenyl]chalcone), chalcones 4-hydroxyderricin, xanthoangelol.

Khasiat

Pengobatan luar penyakit cacar, mengobati gangguan usus, disuria, radang sendi, masalah menstruasi, hepatitis kronis, diabetes, asma, pilek, tekanan darah tinggi, anemia, sindrom kelelahan kronis, infertilitas, kekakuan bahu, sakit saraf, wasir, meningkatkan ASI, meningkatkan kekebalan alami tubuh, memperlambat penuaan kulit, membantu menurunkan berat badan, mengatasi jerawat. Bersifat sebagai diuretik, pencahar, analeptik (stimulan pernapasan), antiinflamasi, antioksidan, antitumor, pembersih darah, antikoagulan, antimutagenik, antibakteri, antikanker, dan pelindung hati.

Simplisia

  • Siapkan batang ashitaba segar, cuci bersih dengan air mengalir.
  • Potong-potong batang agar mudah kering.
  • Keringkan di bawah sinar matahari atau dengan oven pada suhu 40 °C hingga kadar air 10%.
  • Haluskan menggunakan blender hingga menjadi bubuk.
  • Simpan di tempat bersih dan kedap udara.

Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan

Ramuan Tradisional

1. Meningkatkan ASI

  • Siapkan daun ashitaba segar secukupnya lalu cuci hingga bersih.
  • Rebusan daun hingga mendidih.
  • Biarkan hangat/dingin.
  • Saring hasil rebusan lalu minum.

2. Cacar

  • Ambil daun ashitaba segar secukupnya.
  • Cuci bersih dengan air mengalir.
  • Haluskan hingga menjadi pasta.
  • Oleskan pasta daun pada cacar.

Sumber Referensi

  1. Royal Botanic Gardens. 2021. Plants of the World Online: Angelica keiskei (Miq.) Koidz. http://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:837661-1. 09-11-2021.
  2. Stuartxchange. 2019. Philippine Medicinal Plants: Ashitaba. http://www.stuartxchange.org/Ashitaba.html. 09-11-2021.
  3. Flora Fauna Web. 2021. Angelica keiskei Koidz. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/6/3/6399. 09-11-2021.
  4. Useful Temperate Plants Database. 2021. Angelica keiskei. http://temperate.theferns.info/plant/Angelica+keiskei. 09-11-2021.
  5. Ashitaba Indonesia. 2017. Ashitaba (Angelica keiskei). http://ashitaba-indonesia.blogspot.com/2017/11/tanaman-ashitaba.html. 09-11-2021.
  6. Kil Y. S., Pham S. T., Seo E. K., Jafari M. 2017. Angelica keiskei, an emerging medicinal herb with various
    bioactive constituents and biological activities. Arch. Pharm. Res. 40:655–675. DOI 10.1007/s12272-017-0892-3.