Lengkuas Merah

Alpinia purpurata (Vieill.) K.Schum

Zingiberaceae

Lokasi di taman kami

Utama

Sinonim

Alpinia grandis K.Schum.

Guillainia purpurata Vieill.

Languas purpurata (Vieill.) Kaneh.

Habitus

Herba. Herba tegak tahunan, tumbuh tinggi hingga mencapai 4 m

Bagian Yang Digunakan

  • Daun
  • Bunga
  • Buah
  • Batang
  • Rimpang

Syarat Tumbuh

  • Matahari Penuh
  • Butuh Keteduhan

Habitat

  • Lahan Basah
  • Pinggiran Sungai
  • Hutan
  • Daratan

Penyebaran Tanaman

Lengkuas merah berasal dari Indonesia bagian timur hingga Papua Nugini dan Pasifik Barat Daya (Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon dan Vanuatu). Tanaman ini telah banyak diperkenalkan dan dibudidayakan sebagai tanaman hias dan bunga potong di daerah tropis. Tanaman ini juga merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan serta banyak digunakan dalam produk fitofarmaka. Dalam penggunaannya oleh masyarakat, lengkuas merah telah digunakan sejak zaman dahulu untuk menghilangkan putih bintik-bintik seperti panu versikolor pada kulit dengan menerapkan potongan lengkuas ke bagian tubuh yang sakit. Hal ini diperkuat dengan hasil studi yang menerangkan bahwa tanaman ini mengandung minyak atsiri yang aktif dan berkhasiat sebagai antijamur dan antibakteri. Selain itu, daun lengkuas merah dapat digunakan sebagai pewarna kuning.

Nama Lokal

Laja (Sunda), Laos (Jawa), Langkueueh (Aceh), Lengkues (Gayo), Langkuwas (Banjar).

Agroekologi

Dalam kondisi alami, lengkuas merah dapat ditemukan di hutan sekunder, tepi jalan yang lembap, tepi sungai, tepi rawa bakau, lahan basah, hutan dataran rendah hingga menengah, pada ketinggian hingga sekitar 500 m dpl. Lengkuas merah umumnya tumbuh baik di habitat yang lembap dengan suhu hangat dan curah hujan tinggi. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 800-4.000 mm. Tumbuh paling baik di daerah yang teduh sebagian, tetapi juga mampu beradaptasi di daerah terbuka dengan sinar matahari penuh. Pertumbuhannya menyukai tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan memiliki drainase yang baik, serta tidak tergenang air.

Morfologi

  • Akar memiliki rimpang beraromatik, menyebar dalam kelompok tebal, menghasilkan tunas udara ketika tunas yang lebih tua mengering. Rimpang berukuran besar, tebal, berdaging, berbentuk silindris, bercabang-cabang, bagian luar berwarna cokelat agak
    kemerahan dengan sisik-sisik berwarna kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalam rimpang berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua memiliki serat yang kasar dan rasanya tajam pedas.
  • Batang basah (herbaceous), tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih-putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua.
  • Daun tunggal, tersusun berselang-seling, bentuk daun lanset memanjang, berwarna hijau, gundul (glabrous), pertulangan daun menyirip, ujung runcing pendek, tepi rata, tidak bertangkai, puber, pelepah panjang membungkus batang, puber di puncak dan sepanjang tepi pelepah.
  • Bunga kecil, majemuk, muncul dari bracts merah. Bracts ovate hingga obovate, bracts primer biasanya berwarna merah, bulat telur atau bulat telur lebar, bracteoles kemerahan, berbentuk tabung. Kelopak kemerahan, glabrous, masing-masing lobus dengan taji subapikal. Mahkota berwarna putih, membentuk kerucut, corong atau tabung, muncul tepat di luar bracts primer. Benang sari panjang 6-7 mm. Perbungaan berupa tandan, terletak di terminal batang, tidak bercabang.
  • Buah berbentuk kapsul hampir bulat, berdiameter 2-3 cm, keras. Buah muda berwarna hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam kecokelatan dan membelah saat matang.
  • Biji berbentuk bulat, berusuk, berukuran panjang sekitar 0,2 cm, hitam, mempunyai salut biji, berminyak.

Budidaya

Perbanyakan dapat dilakukan dengan menggunakan biji dan pembagian rimpang.

Kandungan Bahan Kimia

Kumatakenin, stiosteril-3-O-6-palmitoil-ß-D-glukosida, ß-sitosteril galaktosida, minyak atsiri (α-pinene, ß-pinene, ß-caryophyllene, camphene, 7-epi-α-selinene, 1,8 cineol, kavikol acetate, metilsinamat, galangin, eugenol, cis β-farnesen, 1-β-bisabolen, β-elemen), alkaloid, terpenoid, steroid, kardioglikosida, tanin, 4-morfolinometil-7-metoksikumarin, metanasulfonat (3R,4S)-3-propargiloksi-4-[(R)-1-hidroksi-3-fenil- 3-butenil]-1-(p-metoksifenil)-2-azetidinon, 5-butil-3-metil-1,2,3, 8a-tetrahydroindolizine, fenol, 4-(3,7-dimetil-3-etenilokta-1,6-dienil)-, methenolone, nonanamide, 5-hydroxy-5-methyl-2-(2-methylpropyl)-N-benzyl-, flavonoid kaempferol-3-O-glucuronide, rutin.

Khasiat

Mengobati sakit perut, masuk angin, penyakit kulit (panu), sakit kepala, luka, gejala batuk, radang telinga, bronkhitis, pereda nyeri, memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antioksidan, antijamur, antibakteri, dan antikanker.

Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan

Ramuan Tradisional

1. Gangguan perut (kembung)

  • Ambil 1 jari rimpang lengkuas merah cuci hingga bersih.
  • Iris tipis-tipis rimpang lalu rebus dengan 3 gelas air hingga menjadi 2 gelas air.
  • Saring lalu minum pagi dan sore sebelum makan masing-masih 1 gelas.

2. Panu

  • Siapkan 1 ruas jari rimpang segar lengkuas merah cuci hingga bersih.
  • Potong miring rimpan lalu pukul-pukul ujungnya sampai seperti kuas.
  • Gosok pada panu.

Sumber Referensi

  1. Flora Fauna Web. 2021. Alpinia purpurata. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/1/6/1645. 29-10-2021.
  2. Royal Botanic Gardens. 2021. Plants of the World Online: Alpinia purpurata (Vieill.) K.Schum. http://www.plantsoftheworldonline.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:795383-1. 29-10-2021.
  3. Stuartxchange. 2017. Philippine Medicinal Plants: Luyang pula. http://www.stuartxchange.org/RedGinger. 29-10-2021.
  4. CAB International. 2021. Invasive Species Compendium: Alpinia purpurata (red ginger). https://www.cabi.org/isc/datasheet/4377#toPictures. 29-10-2021.
  5. Useful Tropical Plants Database. 2021. Alpinia purpurata. http://tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Alpinia%20purpurata. 29-10-2021.
  6. Sujono H. dkk. 2019. Antifungal activity of red galangal oil (Alpinia purpurata K. SCHUM) against Malassezia furfur. Jurnal Kartika Kimia, 2(2): 86-91.