Rumput Buaya

Alternanthera philoxeroides (Mart.) Griseb.

Amaranthaceae

Lokasi di taman kami

Akuatik

Sinonim

Achyranthes aphylla (Glaz.) Standl.

Alternanthera philoxerina Suess.

Brandesia martiana Gillies ex Moq.

Habitus

Herba. Herba tahunan, tinggi hingga mencapai 1 m

Bagian Yang Digunakan

  • Daun
  • Seluruh Bagian Tanaman

Syarat Tumbuh

  • Matahari Penuh

Habitat

  • Tanaman Air
  • Lahan Basah
  • Pinggiran Sungai
  • Hutan
  • Pesisir
  • Daratan

Penyebaran Tanaman

Rumput buaya merupakan tanaman gulma yang berasal dari Amerika Selatan, terutama di wilayah Sungai Parana, dari Guyana hingga Brasil dan Argentina Utara, serta telah diperkenalkan ke Eropa, Amerika Utara dan Tengah, Karibia, Asia tropis (termasuk Indonesia), dan Oceania. Tanaman ini dapat berpotensi menjadi gulma yang dapat mengganggu ekosistem, karena kemampuan penyebarannya yang baik dapat menyelimuti permukaan air sehingga mengurangi tingkat cahaya, suhu, dan oksigen di dalam air. Namun, walaupun dikenal sebagai gulma, rumput buaya ternyata memiliki beragam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Rumput buaya merupakan tanaman hias yang banyak ditemukan di seluruh India. Selain itu, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan pucuk mudanya sebagai sayuran yang dapat dimakan mentah atau dimasak. Di China, rumput buaya dibudidayakan untuk dimanfaatkan dalam pembuatan kompos. Di Amerika Serikat, tanaman ini juga dibudidayakan sebagai makanan lobster. Dalam fungsinya sebagai tanaman obat, rumput buaya juga memiliki nilai penting dalam kehidupan masyarakat India, di mana tanaman ini merupakan bahan pengobatan penting di India, yang secara medis digunakan untuk mengobati "penyakit wanita".

Nama Lokal

Tolod, Bayem empo, Bayem lemah (Jawa), Bayem hayu, Bayem kotok (Sunda), Ternak lakek (Madura), Bayam dempo.

Agroekologi

Rumput buaya tumbuh sebagai gulma, baik di habitat perairan maupun terestrial, dan sering tumbuh pada antarmuka antara kedua lingkungan tersebut. Tanaman ini dapat ditemukan tumbuh di sepanjang kanal, sungai, rawa, danau, bendungan, parit, dan lahan basah, berakar ke tanah dan muncul mengambang bebas di atas permukaan air. Rumput buaya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan pada ketinggian tempat 100 - 1.500 m dpl. Pertumbuhannya menghendaki lingkungan dengan curah hujan tahunan rata-rata berkisar 300 - 650 mm, suhu udara sekitar 30 °C, dan pertumbuhannya akan terhambat pada suhu di bawah 7 °C, namun mentolerir suhu rata-rata tahunan berkisar antara 10 hingga 20 °C. Tanaman ini mampu menyebar di tanah lembap yang berdekatan dengan tepi air, dan derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,8 - 7,7. Cukup toleran terhadap garam dan dapat bertahan hidup di pantai pasang surut bagian atas dan kondisi salin lainnya serta tumbuh dengan baik pada kondisi nutrisi tinggi (eutrofik), namun dapat bertahan hidup di daerah dengan ketersediaan nutrisi rendah.

Morfologi

  • Akar serabut dan berwarna putih kekuningan.
  • Batang menyebar, silindris, bercabang banyak, beruas-ruas, terdapat akar pada simpul (node) yang lebih rendah, berongga dengan alur berbulu memanjang pada dua sisi yang berlawanan, berwarna hijau, kuning atau merah.
  • Daun tunggal, letak pasangan dan berlawanan, berbentuk lanset hingga lonjong menyempit, ujung daun membulat hingga runcing, pangkal daun runcing, tepi rata, sedikit berdaging, permukaan licin, pertulangan daun menyirip tegas, gundul (tidak berbulu), berwarna hijau. tangkai daun pendek.
  • Bunga majemuk, berbentuk tandan, berwarna putih gading, terletak di ujung batang, dengan panjang mencapai 30 cm, berukuran kecil, tipis dan berbentuk bulat dengan diameter sekitar 1 cm. Kelopak bunga berwarna hijau, berbentuk bintang dan berlekuk 5, mahkota bunganya halus mengelilingi cawan bunga tempat benangsari dan putik. Benang sari berjumlah 5, bersatu di bawah menjadi tabung, muncul pada tangkai 2-6 cm di ketiak daun.
  • Biji berbentuk lanset, kecil, dan berwarna cokelat.

Budidaya

Di Indonesia benih tidak pernah diproduksi dan perbanyakan hanya dilakukan secara vegetatif dari tunas ketiak pada setiap buku.

Kandungan Bahan Kimia

Asam amino, cardiac glycosides, steroid, alkaloid, flavonoid, tanin, senyawa fenolik, phaeophytin a, oleanolic acid, β-sitosterol, 3β-hydroxystigmast-5-en-7-one, α-spinasterol, 24-methylene cycloartanol, cycloeucalenol, phytol, alternanthin B, dan N-trans-feruloyl-3,5-dimethoxytyramine.

Khasiat

Mengobati memar, batuk darah karena TBC, hematuria (kencing berdarah), campak, stranguria dengan air seni keruh, eksim, gigitan ular berbisa, bersifat sebagai peluruh urine (diuretik), memiliki efek pencegahan dan terapi terhadap influensa.

Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan

Ramuan Tradisional

1. Memar

  • Ambil daun rumput buaya segar secukupnya lalu cuci hingga bersih.
  • Haluskan daun hingga menjadi pasta.
  • Oleskan pasta daun pada kulit yang memar.

2. Peluruh air seni

  • Siapkan daun rumput buaya secukupnya lalu cuci hingga bersih.
  • Rebus daun hingga mendidih.
  • Saring hasil rebusan.
  • Minum selagi hangat.

Sumber Referensi

  1. IPBIOTICS. 2014. View TumbuhanObat#Alternanthera philoxeroides. http://ipbiotics.apps.cs.ipb.ac.id/index.php/tumbuhanObat/799. 03-10-2021.
  2. Useful Tropical Plants Database. 2021. Alternanthera philoxeroides. http://tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Alternanthera%20philoxeroides. 03-10-2021.
  3. PROSEA. 2016. Alternanthera philoxeroides (PROSEA). https://uses.plantnet-project.org/en/Alternanthera_philoxeroides_(PROSEA). 03-10-2021.
  4. Royal Botanic Gardens. 2021. Alternanthera philoxeroides (Mart.) Griseb. http://www.plantsoftheworldonline.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:1024156-2. 03-10-2021.
  5. CAB International. 2021. Invasive Species Compendium: Alternanthera philoxeroides (alligator weed). https://www.cabi.org/isc/datasheet/4403#tohistoryOfIntroductionAndSpread. 03-10-2021.
  6. Pulipati S., Babu S, Devi B.S., Devi G.R., Bhanuja M. 2015. Pharmacognostic Studies of Alternanthera philoxeroides (Mart.) Griseb. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry 4(2): 202-204.
  7. Setyawati,T., Narulita, S., Bahri I.P., Rahardjo,G.T. 2015. A Guide Book to Invasive Alien Plant Species in Indonesia. Research, Development and Innovation Agency. Ministry of Environment and Forestry.