Sungkai

Peronema canescens Jack

Lamiaceae

Lokasi di taman kami

Utama

Sinonim

Peronema heterophyllum Miq.

Habitus

Pohon. Pohon tahunan, tinggi hingga mencapai 20 m

Bagian Yang Digunakan

  • Daun
  • Kulit Batang

Syarat Tumbuh

  • Matahari Penuh

Habitat

  • Lahan Basah
  • Pinggiran Sungai
  • Hutan
  • Daratan

Penyebaran Tanaman

Sungkai berasal dari Asia Tenggara (Thailand, Indonesia, dan Malaysia). Di Indonesia, sungkai tersebar di daerah Sumatra Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. Merupakan salah satu tanaman yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional di Indonesia. Sebagian masyarakat di Sumatra Selatan dan Lampung menggunakan daun sungkai sebagai antiplasmodium atau obat demam. Di Kepulauan Riau, daun sungkai digunakan untuk mengobati luka ringan. Daun yang direbus digunakan sebagai obat kurap dan sebagai obat kumur untuk mengatasi infeksi gigi. Suku Dayak di Kalimantan Timur sampai saat ini masih tetap memanfaatkan tumbuhan di sekitarnya sebagai bahan pengobatan ataupun perawatan kesehatan seperti obat cacingan, pilek, dan demam. Selain itu, sungkai merupakan penghasil kayu yang digunakan untuk pembuatan furnitur, gerobak, rangka rumah, serta sering ditanam sebagai tanaman pagar dan digunakan dalam program reboisasi.

Nama Lokal

Jati sebrang, Ki sabrang, Kurus, Kurus sungkai atau Sekai.

Agroekologi

Sungkai dapat tumbuh dengan baik di hutan sekunder di dataran rendah tropis, di mana ia ditemukan pada ketinggian dari permukaan laut hingga 600, kadang-kadang 900 meter. Umumnya banyak ditemukan di hutan sekunder, pembukaan hutan, tepi sungai, tepi jalan yang terbuka dan tumbuh paling baik di tempat lembap hingga basah atau tanahnya cukup mengandung air, sehingga tanaman ini tidak tahan terhadap kondisi yang sangat kering. Tanaman ini mampu hidup di berbagai jenis tanah, tetapi lebih menyukai jenis tanah podzolik merah kuning. Pertumbuhannya menyukai area dengan kondisi suhu bulanan berkisar antara 21 - 32 °C dan curah hujan rata-rata tahunan antara 2.100 - 2.700 mm/th.

Morfologi

  • Akar tunggang pendek, dangkal, berwarna cokelat.
  • Batang lurus, sedikit berlekuk, tidak bercabang hingga 9-15 m, kulit luarnya berwarna abu-abu atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil dan tipis. Penampang kulit luar berwarna cokelat, kuning, atau merah muda. Kayunya berteras dengan warna sawo muda dan menyerupai kayu jati serta mempunyai alur. Rantingnya penuh dengan bulu-bulu halus. Arah percabangan simpodial.
  • Daun memiliki letak berhadapan, berwarna keunguan saat muda kemudian menjadi hijau. Tangkai daun dan rachis bersayap. Daun majemuk, tersusun oleh 3-11 pasangan berlawanan. Anak daun lanset, pangkal runcing, ujung daun runcing hingga meruncing, tekstur tipis, tepi daun rata, permukaan licin, memiliki rasa pahit, berbau khas.
  • Bunga berupa malai. Kelopak bunga berjumlah 5, agak tertutup rapat, berlekatan dengan buah, berbulu.
  • Buah tunggal, merupakan batu beruang empat, berbiji, kering, bulat, kecil berdiameter 3-3,5 mm, berbiji banyak, berwarna putih kekuningan, letaknya tersebar, kulit buah berbulu seperti beludru.

Budidaya

  • Perbanyakan dilakukan secara generatif (biji) dan vegetatif (stek batang). Namun perbanyakan dengan biji sulit dilakukan mengingat sungkai hanya berbunga 1-2 kali setahun, viabilitas bijinya sangat rendah serta menurun dengan cepat sehingga bijinya tidak tahan lama untuk disimpan.
  • Dalam perbanyakan vegetatif (stek batang), batang dengan panjang 20-25 cm dan diameter 15-20 mm, akan menghasilkan perakaran terbaik. Setelah 4-6 bulan, tanaman muda dapat dipindahtanamkan.

Kandungan Bahan Kimia

Alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik, terpenoid, steroid, phenol, tanin, saponin.

Khasiat

Demam, kurap, obat kumur untuk sakit gigi, mengobati luka, pilek, cacingan, malaria, memar, meningkatkan stamina, memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antidiabetes, antibakteri, analgesik, imunomodulator.

Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan

Ramuan Tradisional

1. Memperlancar haid dan meningkatkan kesuburan rahim wanita

  • Siapkan daun muda sungkai, cuci hingga bersih.
  • Rebus daun muda sungkai sampai mendidih.
  • Saring hasil rebusan.
  • Minum.

2. Demam

  • Ambil daun muda sungkai secukupnya lalu cuci hingga bersih.
  • Rebus daun muda sungkai hingga mendidih.
  • Saring hasil rebusan.
  • Minum.

Sumber Referensi

  1. IPBiotics. 2014. Peronema canescens. http://ipbiotics.apps.cs.ipb.ac.id/index.php/tumbuhan/1157. 09-09-2021.
  2. Useful Tropical Plants Database. 2021. Peronema canescens. https://tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Peronema+canescens. 09-09-2021.
  3. Royal Botanic Gardens. 2017. Plants of the World Online: Peronema canescens Jack. http://www.plantsoftheworldonline.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:863995-1. 09-09-2021.
  4. PROSEA. 2017. Peronema (PROSEA). https://uses.plantnet-project.org/en/Peronema_(PROSEA). 09-09-2021.
  5. Latief M dkk. 2021. Antidiabetic Activity of Sungkai (Peronema canescens Jack) Leaves Ethanol Extract on the Male Mice Induced Alloxan Monohydrate. Pharmacology and Clinical Pharmacy Research. 6(2).
  6. Biodiversity Warriors. 2020. SUNGKAI (Peronema canescens). https://biodiversitywarriors.kehati.or.id/artikel/sungkai-peronema-canescens/. 09-09-2021.
  7. Suhirman S. 2020. Daun Sungkai (Peronema canescens) Berpotensi sebagai Imunomodulator. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 26(3).