Gadung

Penyebaran Tanaman

Berasal dari India bagian barat dan China Selatan, kemudian menyebar luas ke Asia Tenggara hingga Papua Nugini. Tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai camilan, makanan khas tradisional di sebagian daerah juga sebagai obat tradisional karena mengandung senyawa bioaktif yang baik bagi kesehatan.

Nama Lokal

Janèng (Aceh), Janiang (Minang), Bitule (Gorontalo), Gadu (Bima), Iwi (Sumba), Kapak (Sasak), Salapa (Bugis), dan Sikapa (Makassar).

Agroekologi

Tanaman ini sering ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan, pekarangan, maupun perkebunan pada ketinggian hingga 1.200 m dpl. Menyukai tempat dengan sinar matahari penuh, curah hujan 760-1.000 mm/th, dan temperatur minimum 10 °C.

Morfologi

• Umbi bulat diselimuti rambut akar yang besar dan kaku, kulit berwarna gading atau cokelat muda, daging umbi berwarna putih gading atau kuning.
• Batang bulat, berbulu, berduri di sepanjang batang dan tangkai daun.
• Daun majemuk, terdiri dari 3 helai daun.
• Bunga majemuk, tersusun dalam ketiak daun, berbulir. Mahkota bunga berwarna kuning, benang sari berjumlah enam.

Budidaya

• Perbanyakan dilakukan dengan tunas yang terdapat pada umbinya.
• Penanaman tunas mengarah ke atas, kedalaman tanah 15-20 cm.
• Dipanen saat gadung sudah berumur 1 tahun.

Kandungan Bahan Kimia

Dioscorine, alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, diosgenin, hydroxybenzoic acid, hydroxybenzaldehyde, protocatechuic acid.

Khasiat

Penurun panas, antirematik, peluruh kencing, pengencer dahak, menghilangkan nyeri haid, mengobati kencing manis, obat kapalan.

Simplisia

Tepung gadung

• Pilih umbi yang bagus lalu cuci hingga bersih dan kupas. Cuci lagi hingga terpisah dari semua kulitnya. Iris ketebalan 1-2 mm, lumuri irisan dengan garam dapur hingga merata. Diamkan selama 24 jam.
• Bilas hingga bersih lalu rendam selama 72 jam, tiriskan.
• Keringkan pada suhu 55 °C selama 12 jam atau hingga kering.
• Blender hingga halus, ayak hingga menjadi tepung.
• Simpan dalam tempat yang tertutup dan kedap udara.