Temu Ireng

Curcuma aeruginosa Roxb.

Zingiberaceae

Lokasi di taman kami

Utama

Sinonim

Habitus

Herba. Herba tahunan, tinggi mencapai 1,5-2 m 

Bagian Yang Digunakan

  • Rimpang

Syarat Tumbuh

  • Butuh Keteduhan

Habitat

  • Pinggiran Sungai
  • Hutan

Penyebaran Tanaman

Merupakan tanaman asli Asia Tenggara termasuk Burma dan Indonesia. Di Indonesia, tanaman ini telah dikenal sebagai bahan pengobatan tradisional, memiliki rasa yang pahit. Masyarakat sering memanfaatkannya sebagai obat penambah nafsu makan, batuk, antirematik, dan mengatasi masalah kebotakan pada pria.

Nama Lokal

Temu erang, Temu itam (Melayu), Koneng hideung (Sunda), Temuireng (Jawa), Temo ereng (Madura), Temu leteng (Makasar), Temu lontong (Bugis).

Agroekologi

Termasuk tanaman temu-temuan yang dapat dijumpai liar di hutan jati, atau padang rumput, dan daerah-daerah dengan ketinggian sekitar 400-750 m dpl.

Morfologi

  • Akar serabut, rimpang berwarna putih, dan pada tengahnya melingkar berwarna agak gelap. Beraroma khas dan menyengat.
  • Batang semu, basah, lunak, berwarna hijau, tersusun atas kumpulan pelepah daun.
  • Daun tunggal, bulat telur, pertulangan utama membujur berwarna cokelat tua.
  • Bunga majemuk, merah muda keunguan.

Budidaya

  • Perbanyakan dilakukan melalui rimpang ataupun memisahkan anakan dari rumpun.
  • Rimpang: semai rimpang lalu ditutupi tanah setinggi 10-15 cm pada tempat teduh dan lembap. Setelah muncul tunas, potong rimpang. Tiap rimpang terdiri dari 2-3 mata tunas. Angin-anginkan di tempat teduh selama 2 hari sebelum ditanam.
  • Anakan: pisahkan anakan dengan menggali tanah di sekitar anakan kemudian ditanam.

Kandungan Bahan Kimia

Flavonoid, saponin, minyak atsiri, tanin, kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, linderazulene, kurkumin, demethyoxykurkumin, bisdemethyoxykurkumin.
 

Khasiat

Mengobati penyakit kulit, batuk berdahak, sesak napas, membantu pemulihan masa nifas, pembersih darah setelah melahirkan, menyuburkan kandungan, antirematik, antihipertensi.

Simplisia

  • Kumpulkan induk rimpang (empu) dan anak rimpang lalu pisahkan akar serabutnya.
  • Cuci hingga bersih kemudian tiriskan. Iris-iris melintang.
  • Jemur rimpang di sinar matahari atau pada pengeringan dengan suhu 50 °C sampai tercapai kadar air ≤ 10%.
  • Setelah kering simpan di wadah yang kedap udara.

Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan

Ramuan Tradisional

Penambah nafsu makan

  • Haluskan 2 jari rimpang temu ireng.
  • Seduh dengan 1 cangkir air mendidih, diamkan lalu saring. Minum sekaligus.
  • Minum 1 kali sehari, masing-masing 1 cangkir selama 3 hari.

Sumber Referensi

  1. Armimi A. 2016. Aktivitas Antioksidan dan Sitotoksisitas Terkait Sink Senyawa Fenolik Tanaman Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
  2. Djazuli M, Darwati I, Rosita SMD. 2001. Studi Pola Pertumbuhan dan Serapan Hara N P K Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Warta Tumbuhan Obat Indonesia.
  3. Hossain CF, Al-Amin M, Sayem ASMd, Siragee IH, Tunan AM, Hassan F, Kabir MdM, Sultana GNN. 2015. Antinociceptive principle from Curcuma Aeruginosa. BMC Complementary and Alternative Medicine 15: 191-198.
  4. Khasanah U. 2016. Optimasi Ekstraksi Fenolik Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) sebagai Antibakteri pada Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
  5. Reanmongkol W, Subhadhirasakul S, Khaisombat N, Fuengnawakit P, Jantasila S, Khamjun A. 2006. Investigation the antinociceptive, antipyretic and antiinflammatory activities of Curcuma aeruginosa Roxb. extracts in experimental animals. Songklanakarin J. Sci. Technol. 28(5): 999-1008.
  6. Sari AM, Cikta EV. 2016. Ekstraksi Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) dan Aplikasinya pada sabun transparan. J. konversi 5(1): 17-23.
  7. Srivastava S, Chitranshi N, Srivastava S, Dan M, Rawat AKS, Pushpangadan P. 2006. Pharmacohnostic evaluation of Curcuma aeurigenosa Roxb. Natural Product Sciences 12(3): 162-165.
  8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/187/2017. 2017. Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia.
  9. Sirait Midian, dkk. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta 71.