Wijaya Kusuma
Epiphyllum phyllanthus (L.) Haw.
Cactaceae
Lokasi di taman kami
Rumah Kaca
Sinonim
Cactus phyllanthus L.
Cereus phyllantus (L.) DC.
Opuntia phyllanthus (L.) Mill.
Habitus
Sukulen. Sukulen, tahunan (perennial), epifit
Bagian Yang Digunakan
- Bunga
- Batang
Syarat Tumbuh
- Matahari Penuh
- Butuh Keteduhan
Habitat
- Hutan
- Daratan
Penyebaran Tanaman
Epiphyllum phyllanthus merupakan tanaman sukulen berbunga dari keluarga Cactaceae yang tersebar luas di Amerika Selatan, membentang dari selatan Meksiko ke Paraguay, Argentina Barat Laut dan selatan Brasil. Spesies ini banyak ditanam sebagai tanaman hias dan menjadi spesies asli Meksiko. Di Indonesia, spesies ini kerap dianggap sebagai tanaman yang berbau mistis. Dalam mitologi Jawa, tanaman berbunga ini dianggap 'sakti' dan mampu menghidupkan orang mati. Spesies ini umumnya diambil dari alam untuk dimanfaatkan sebagai makanan dan obat. Di mana, buah E. phyllanthus dapat dikonsumsi mentah. Buahnya memiliki daging buah yang lezat dan berlendir dengan rasa yang sedikit manis. Selain itu, berdasarkan fungsinya sebagai obat, E. phyllanthus juga telah digunakan masyarakat dalam pengobatan tradisionalnya dan diyakini memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan.
Nama Lokal
Bunga sri rejeki.
Agroekologi
Epiphyllum phyllanthus biasanya ditemukan tumbuh terutama di bioma tropis yang kering musiman dan di hutan lembap atau basah sebagai epifit. Tumbuh di dekat permukaan laut hingga setidaknya 1.300 m dpl. E. phyllanthus dapat tumbuh di bawah sinar matahari penuh, namun dapat tumbuh subur pada kondisi teduh parsial. Cahaya ekstra di awal musim semi akan merangsang tunas. E. phyllanthus menyukai kondisi lingkungan dengan suhu malam hari tidak lebih dingin dari 12 °C, terutama di musim dingin, serta dapat mentolerir suhu hingga 45 °C, dan periode es yang singkat, tetapi dingin yang berkepanjangan akan merusak atau membunuh tanaman. E. phyllanthus biasanya dapat hidup di berbagai jenis tanah, tetapi karena sifat epifitnya, tanaman ini direkomendasikan untuk ditanam dalam media campuran tanah yang dikeringkan dengan baik yang sebagian besar terdiri dari bahan organik, seperti gambut atau sphagnum moss. E. phyllanthus juga dapat hidup di tanah dengan pH 5,0 hingga 9. Namun, spesies ini lebih menyukai tanah dengan pH basa yang lebih tinggi dari 6,2 hingga 7,0. E. phyllanthus dapat bertahan tingkat kelembapan sedang hingga tinggi. Bahkan, spesies ini membutuhkan kelembapan sedang hingga tinggi untuk pertumbuhannya.
Morfologi
- Batang primer bulat memanjang, terete melintang atau bersudut/bersayap 3 di bawah sepanjang 50-100 cm atau lebih, sering bercabang, kemudian pipih atau tipis (seperti daun) sepanjang 100 cm. Batang sekunder timbul dari bagian batang primer yang pipih, berbentuk bulat melintang sampai tiga sudut di pangkal, kemudian pipih dan linier dengan panjangnya sekitar 25-50 cm dan lebar 3-10 cm, berwarna hijau dengan batas ungu yang sangat jelas, kaku hingga fleksibel, dengan pelepah menonjol, tepinya berlobus sedikit dan bergigi, gigi tumpul. Pada batang terdapat akar udara.
- Daun tidak dimiliki.
- Areoles kecil, terletak di sepanjang tepi cabang yang kadang-kadang berambut, biasanya hanya berupa seperti wol berwarna krem.
- Bunga beraroma, panjangnya mencapai 30 cm, terletak di tepi bagian batang yang pipih. Tabung perianth ramping jauh lebih panjang dari dahan/cabang, lurus pada batang tegak, dan sangat melengkung pada batang tergantung. Segmen perianth luar berwarna kuning kehijauan diwarnai merah, sedangkan segmen perianth dalam sempit lebar 2,5-10 mm, berwarna putih sampai krem. Sisik pada tabung bunga sedikit, menyebar. Tangkai sari (filamen) pendek dan berwarna putih sedangkan kepala sarinya (anthers) berwarna cokelat terang. Tangkai putik (style) panjang, ramping, berwarna merah jambu atau putih. Stigma-lobus sekitar 10 pendek, berwarna putih. Bunga terbuka di malam hari (nocturnal) dan memiliki aroma kuat yang terpancar di malam hari. Mekar berlangsung hanya untuk waktu yang singkat selama 1 malam.
- Buah berwarna merah muda-ungu bila matang, memiliki daging buah berwarna putih, berlendir dan rasanya manis.
- Biji besar, berwarna hitam, dan berjumlah banyak.
Budidaya
- Perbanyakan tanaman banyak dilakukan melalui stek batang yang seperti daun atau melalui biji (jarang) di musim semi.
- Biji harus ditaburkan dalam media semai yang dikeringkan dengan baik dan dapat berkecambah dalam 14 hingga 28 hari pada suhu 18 hingga 21 °C.
- Melalui stek, potong batang yang seperti daun sepanjang 15 - 23 cm (6 - 9 inchi) dan biarkan kalus (kering) selama beberapa hari di tempat yang hangat. Isi pot sepertiga penuh dengan kompos dan tutup dengan lapisan pasir. Masukkan stek sedalam 3-5 cm. Jaga agar kompos tetap lembap dan pertahankan suhu 18 - 24 °C. Tanaman ini dapat berakar dalam tiga hingga enam minggu dan berbunga pada tahun berikutnya.
- Tanaman wijaya kusuma mudah menggugurkan kuncupnya jika dipindahkan. Oleh karena itu setelah kuncup bunga terbentuk, tanaman jangan dipindahkan, karena sedikit perubahan lingkungan dapat menyebabkan kuncupnya rontok.
Kandungan Bahan Kimia
Informasi tidak ditemukan. Butuh penelusuran lebih lanjut.
Khasiat
Mengobati patah tulang, rematik, mempercepat penyembuhan TBC (tuberkulosis), batuk rejan, batuk dan pilek, sakit pinggang, dan bersifat sebagai pencahar.
Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan
Ramuan Tradisional
1. Mempercepat penyembuhan TBC (tuberkulosis)
- Siapkan 3-5 kuntum bunga wijaya kusuma, 75 g gel lidah buaya, 15 g gula, 800 ml air.
- Rebus semua bahan hingga mendidih dan dirasa sudah matang.
- Saring lalu minum selagi hangat.
- Minum air rebusan ini secara rutin setiap hari untuk mendapatkan hasil terbaik.
Sumber Referensi
- Royal Botanic Gardens. Plants of the World Online: Epiphyllum phyllanthus (L.) Haw.. https://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:132939-1. 23-09-2022.
- LLIFLE - Encyclopedia of living forms. 2022. Epiphyllum phyllanthus. http://www.llifle.com/Encyclopedia/CACTI/Family/Cactaceae/8523/Epiphyllum_phyllanthus. 23-09-2022.
- Almeida O. J. G., Paoli A. A. S., Souza L. A. 2010. Flower morpho-anatomy in Epiphyllum phyllanthus (Cactaceae). Revista Mexicana de Biodiversidad 81: 65- 80.
- Arnason et al. 2022. A review of ethnobotany and ethnopharmacology of traditional medicines used by Q’eqchi’ Maya Healers of Xna’ajeb’ aj Ralch’o’och’, Belize. Botany 100: 219–230.
- PlantingMan. Climbing cactus (Epiphyllum phyllanthus). https://plantingman.com/climbing-cactus-epiphyllum-phyllanthus/. 2309-2022.