Bidara Upas
Decalobanthus mammosus (Lour.) A.R.Simões & Staples
Convolvulaceae
Lokasi di taman kami
Sayuran
Sinonim
Convolvulus mammosus Lour.
Ipomoea mammosa (Lour.) Choisy
Merremia mammosa (Lour.) Hallier f.
Habitus
Merambat. Tanaman merayap atau membelit yang panjangnya 3-6 m
Bagian Yang Digunakan
- Akar
- Umbi
Syarat Tumbuh
- Matahari Penuh
Habitat
- Hutan
Penyebaran Tanaman
Decalobanthus mammosus atau Bidara Upas merupakan salah satu tanaman dari keluarga Convolvulaceae yang bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari wilayah India, Pulau Andaman, dan Indo-Cina. Di Indonesia bidara upas ini dibudidayakan di Pulau Jawa, Bali, Maluku, dan Madura sebagai tanaman obat dan sumber makanan (bagian umbinya). Spesies ini adalah salah satu spesies langka dan termasuk dalam kriteria langka berdasarkan Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2003). Di wilayah Indonesia dan Malaysia, spesies ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang secara empiris berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit. Bidara upas juga merupakan bahan herbal yang banyak dijual sebagai jamu gendong dan digunakan dalam industri kecil obat tradisional. Selain itu, bidara upas juga telah digunakan masyarakat sebagai sumber serat, dimana batangnya dapat menghasilkan serat yang sangat halus dan kuat, dengan kilau satin, yang dapat dibuat menjadi kain.
Nama Lokal
Blanar, Widara upas (Jawa), Hailale (Ambon).
Agroekologi
Tumbuh liar di hutan, kadang di tanam di halaman dekat pagar. Tumbuh dengan baik di daerah tropik dari dataran rendah sampai ketinggian 250 m dpl. Di pulau Jawa, bidara upas tumbuh di ketinggian > 500 di atas permukaan laut.
Morfologi
- Umbi berkumpul di dalam tanah, mirip ubi jalar. Warna kulit umbinya kuning kecokelatan, kulitnya tebal bergetah warna putih, bila kering warnanya menjadi cokelat.
- Batang kecil bila dipegang agak licin dan warnanya agak gelap.
- Daun tunggal, bertangkai panjang, berbentuk jantung, tepi daun rata, ujung meruncing, panjang 5-12 cm, lebar 4-15 cm, warnanya hijau tua.
- Bunga memiliki bentuk seperti lonceng, berwarna putih, panjang 7-8 cm, dengan 4 helai kelopak. Perbungaan berbentuk payung menggarpu berkumpul 1-4 bunga.
Budidaya
Perbanyakan dengan stek batang atau menanam umbi atau potongan umbinya.
Kandungan Bahan Kimia
Zat oxydase (getahnya), flavonoid, kuinon, senyawa fenolik, triterpenoid dan steroid.
Khasiat
Menurunkan demam, mengobati gangguan pernafasan, pencernaan, luka akibat gigitan ular atau luka bakar, diabetes, batuk, suara serak, difteri, radang tenggorokan, radang paru (pneumonia), radang usus buntu, tifus, sembelit, buang air besar darah dan lendir, muntah darah, kusta, melanoma, sifilis (lues), batu kantung kemih atau kencing batu, digunakan dalam terapi pengobatan kanker, mengatasi keracunan makanan, menghilangkan bengkak, memperlancar ASi (penggunaan eksternal), bersifat sebagai pencahar dan penyejuk. Memiliki aktivitas sebagai antinflamasi, analgetik (menghilangkan rasa sakit), antidot (menetralkan racun).
Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan
Ramuan Tradisional
1. Diabetes
- Ambil 100 g akar bidara upas cuci hingga bersih.
- Parut lalu peras dengan menggunakan potongan kain.
- Minum setiap pagi, setengah jam sebelum makan.
Sumber Referensi
- Royal Botanic Gardens, Kew. Plants of the World Online. Decalobanthus mammosus (Lour.) A.R.Simões & Staples. 07-09-2022.
- Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). 2008. Bidara Upas (Merremia mammosa). https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=126. 07-09-2022.
- Cahyaningsih R., Hidayat S., Hidayat E. 2017. Perbanyakan Vegetatif Bidara Upas (Merremia mammosa (Lour.) Hallier f) Kebun Raya Bogor. Berita Biologi, Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati 16(2), Agustus 2017.
- Herbal Medicine. 2014. Diabetes mellitus use Merremia mammosa. https://www.herbs-medicine.com/2016/01/17-benefits-merremia-mammosa-for-health.html. 07-09-2022.
- Sadiyah E. R., Yuliawati K. M., Aniq L. Phytochemical Study of Bidara Upas (Merremia mammosa (Lour.) Hallier f.) Leaf. Proceeding of “The International Conference on Herbal Medicine Industrialization as Complementary Therapy in Natural Disasters.