Ciplukan Peru

Physalis peruviana L.

Solanaceae

Lokasi di taman kami

Utama

Sinonim

Alkekengi pubescens Moench

Boberella peruviana (L.) E.H.L.Krause

Physalis barbadensis Lam.

Habitus

Herba. Herba tegak, tahunan, tingginya sekitar 0,3–2,5 m

Bagian Yang Digunakan

  • Daun
  • Biji
  • Buah

Syarat Tumbuh

  • Matahari Penuh
  • Butuh Keteduhan

Habitat

  • Hutan
  • Pesisir
  • Pinggir Jalan
  • Daerah Semak
  • Padang Rumput
  • Daratan

Penyebaran Tanaman

Physalis peruviana atau ciplukan peru merupakan tanaman yang berasal dan tumbuh secara alami di Amerika Selatan, di dataran tinggi tropis Kolombia, Chili, Ekuador, dan Peru. Selama 200 tahun terakhir, spesies ini telah dibudidayakan dan dinaturalisasi secara luas di tempat lain di dataran tinggi tropis, juga di subtropis dan di daerah beriklim sedang. Spesies ini kemudian ditemukan tumbuh di Amerika Tengah, India, Afrika tropis, Australia, Asia Tenggara, juga di beberapa bagian Asia Timur dan Eropa. Produksi komersial ditemukan terutama di zona subtropis dan beriklim sedang, khususnya di Afrika Selatan, Australia dan Selandia Baru. Beberapa buah segar diimpor ke Eropa dari Kenya, Madagaskar, Kolombia. Ciplukan peru dibudidayakan terutama dihargai untuk buahnya. Buahnya dapat dikonsumsi, baik langsung maupun diolah (selai, manisan, pai, dan kue). Buah keringnya juga bisa digunakan sebagai pengganti ragi dan pengganti kismis, meski rasanya tidak begitu manis. Ciplukan peru merupakan sumber nutrisi, mineral, vitamin yang baik. Buahnya kaya akan vitamin A, C dan B kompleks (tiamin, niasin, dan B12). Selain dikonsumsi sebagai makanan), spesies ini banyak digunakan masyarakat sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Sebagai tanaman obat, ciplukan peru banyak digunakan di berbagai negara yang diyakini dapat memberikan manfaat baik bagi kesehatan. Dalam pengobatan tradisional Peru, spesies ini banyak digunakan untuk mengobati pterigium (penyakit mata). Di Taiwan, ciplukan peru merupakan obat rakyat yang populer, yang digunakan untuk mengobati kanker.

Nama Lokal

Ciplukan gede, Cecendet badak.

Agroekologi

Habitat Physalis peruviana atau ciplukan peru umumnya ditemukan di daerah pesisir dan daerah terganggu, juga ditemukan tumbuh di hutan, tepi hutan, sempadan sungai, kebun, dan area budidaya. Di Indonesia, spesies ini ditemukan pada ketinggian berkisar 700-2.300 m dpl, tetapi tumbuh paling baik di atas 1.500 m dpl. Sumber lain mengatakan, di daerah tropis, ketinggian di atas 800 m dpl merupakan pertumbuhan optimal yang menghasilkan hasil yang lebih baik. Ciplukan peru tumbuh paling baik di daerah di mana suhu tahunan rata-rata berada dalam kisaran 16 - 25 °C, meskipun dapat mentolerir 10 - 32 °C, serta menyukai curah hujan tahunan rata-rata dalam kisaran 1.500 - 2.300 mm, dengan toleransi 800 - 4.300 mm. Tumbuh baik di bawah sinar matahari penuh maupun di bawah naungan parsial. Mampu tumbuh di berbagai tanah yang dikeringkan dengan baik (dengan pH dalam kisaran 4,5 hingga 8,2), tetapi pertumbuhannya paling baik di tanah berpasir hingga berbatu, serta kaya akan humus tetapi mampu mentolerir tanah yang buruk. Ciplukan peru tidak menyukai tanah liat, tanah yang berat atau terlalu basah. Spesies ini toleran terhadap embun beku ringan.

Morfologi

  • Akar serabut.
  • Batang beraroma tidak enak, bercabang-cabang. Cabang-cabang bersudut, berusuk, menyebar, kadang-kadang diwarnai ungu atau lembayung muda, berbulu lembut, lebat. Batangnya menjadi kurang lebih berkayu (lunak), terutama di bagian pangkal. Batang bawah merayap, puber padat.
  • Daun sederhana, unifoliate, soliter atau geminate, berwarna hijau yang kemudian berubah menjadi kuning dan gugur setelah buah matang, tangkai daun panjangnya 0,5–5,5 cm, agak berselubung di pangkalnya. Helai daun berbentuk bulat telur lebar sampai berbentuk hati, ujung daun meruncing (acuminate) atau runcing, tepi daun rata hingga sinuate-dentate atau dentate, kadang-kadang dengan beberapa lobus tumpul, beberapa gigi tidak sama. Helaian daun memiliki tekstur seperti beludru. Secara asimetris berpasangan di setiap buku (susunan daun bergantian).
  • Bunga biseksual, soliter, aksila, tegak hingga mengangguk, berbulu, berbentuk lonceng, mahkota berwarna kuning dengan bintik-bintik cokelat keunguan yang jelas di tenggorokan bunga, sedikit berlobus 5, puber padat terutama di dekat pangkal. Dikelilingi oleh kelopak berwarna hijau keunguan, berbulu, berurat mencolok, bergigi atau berlobus 5, menyatu di pangkal dengan ujung segitiga. Bunganya menyendiri dan muncul di ketiak daun. Saat bunga jatuh, kelopak berwarna cokelat muda akan membesar dan membungkus buah. Tangkai putik ungu, lurus atau sedikit melengkung ke atas. Benang sari masuk atau sedikit menonjol, subequal, filamen ungu, melekat pada tabung mahkota dekat pangkal, dilengkapi dengan beberapa rambut. Kepala sari berwarna kebiruan sampai merah-ungu. Tangkai bunga tertutup rapat dengan bulu-bulu halus.
  • Buah berry, globose dengan kulit licin, mengkilat, buah berwarna hijau berubah keemasan atau kuning menjadi jingga saat matang, daging buah berair, mengandung 100-300 biji, warna daging buah emas-kuning sampai oranye. Memiliki rasa sedikit asam dan manis dengan rasa asam seperti anggur. Masing-masing tertutup dalam kandung kemih seperti sekam yang akan menjadi tipis saat matang.
  • Biji berjumlah banyak dalam setiap buah, kecil, pipih, berwarna kekuningan dan tertanam dalam daging buah yang berair, berbentuk bulat telur, kadang-kadang berbentuk reniform, retikulat-foveat di seluruh bagian.

Budidaya

  • Berkembang biak secara alami dengan biji tetapi dapat diperbanyak secara artifisial dengan stek batang yang diberi hormon perakaran.
  • Rekomendasi jarak tanam berkisar dari 0,9 m × 0,45 m hingga 1,8 m × 0,9 m (2,5-0,6 tanaman/m2), terutama tergantung pada biaya tenaga kerja dan durasi panen yang diinginkan. Jarak tanam yang lebar menghasilkan buah beri yang lebih besar.

Kandungan Bahan Kimia

Phytosterols, asam oleat, asam linoat, asam palmitat, asam stearat, withanolides, physalins, rutin, myricetin, kaempferol, alkaloid, fenol, saponin, tanin, glikosida, 11 senyawa terpen (enam monoterpenoid dan lima seskuiterpen), 11 ester, dua senyawa fenolik, dua aldehida, dua keton, dan satu lakton.

Khasiat

Mengobati radang, penyakit kuning, pterigium (gangguan pada mata yang ditandai dengan munculnya selaput menyerupai daging berwarna merah muda pada bagian kunjungtiv), obat cacing, meredakan gangguan perut pada anak-anak, mengobati kanker, diabetes, diare, malaria, asma, hepatitis, dermatitis, leukemia, rematik, glaukoma, meningkatkan penglihatan, melindungi hati dan ginjal terhadap fibrosis, menjaga sistem kekebalan tubuh, menjaga kesehatan tulang dan kesehatan pencernaan, meningkatkan kemampuan kognitif, memori, fokus, dan keterampilan konsentrasi. Memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antipiretik, antikanker, antiinflamasi, diuretik dan anthelmintik.

Simplisia

  • Siapkan daun ciplukan peru secukupnya, cuci bersih dengan air mengalir lalu tiriskan.
  • Keringkan di bawah sinar matahari atau dengan oven suhu 40 °C hingga kadar air 10%.
  • Simpan pada wadah bersih dan kedap udara.

Bagian Tanaman Yang Dimanfaatkan

Ramuan Tradisional

1. Obat cacing

  • Ambil daun ciplukan peru secukupnya cuci hingga bersih.
  • Haluskan hingga menjadi pasta.
  • Peras pasta daun ambil airnya.
  • Minum untuk obat cacing dan keluhan usus.

2. Meredakan gangguan perut pada anak-anak

  • Ambil daun ciplukan peru secukupnya cuci hingga bersih.
  • Rendam daun tunggu hingga beberapa lama.
  • Saring lalu minum.

Sumber Referensi

  1. Royal Botanic Gardens, Kew. Plants of the World Online: Physalis peruviana L.. https://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:195473-2. 20-06-2022.
  2. Flora Fauna Web. 2021. Physalis peruviana L.. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/6/7/6742. 20-06-2022.
  3. Stuartxchange. 2019. Philippine Medicinal Plants: Lobo-lobohan. http://www.stuartxchange.org/Lobo-lobohan.html. 20-06-2022.
  4. Tropical Plants Database, Ken Fern. 2021. Physalis peruviana. https://tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Physalis+peruviana. 20-06-2022.
  5. Plant Resources of South-East Asia. 2016. Physalis peruviana (PROSEA). https://uses.plantnet-project.org/en/Physalis_peruviana_(PROSEA). 20-06-2022.
  6. CAB International. 2022. Invasive Species Compendium: Physalis peruviana (Cape gooseberry). https://www.cabi.org/isc/datasheet/40713#tosummaryOfInvasiveness. 20-06-2022.
  7. HealthBenefitstimes.com. Physalis Facts and Health benefits. https://www.healthbenefitstimes.com/physalis/. 20-06-2022.
  8. WebMD. 2022. Health Benefits of Physalis. https://www.webmd.com/diet/health-benefits-physalis.20-06-2022.